Saturday, January 16, 2016

Dibalik Cerita Lubdaka : Jalan Pintas Menuju Surga?

Cerita ini menimbulkan banyak pro dan kontra bagi umat hindu khususnya di bali, disini saya hanya ingin mengeluarkan pendapat pribadi sebagai salah satu pemeluk agama hindu.


Cerita Lubdaka Oleh Mpu Tanakung 

Menceritakan tentang seorang kepala keluarga , yang menghidupi keluarganya dengan cara berburu hewan yang kemudian dijual Dan sebagian digunakan untuk di konsumsi, Lubdaka adalah seorang pemburu ulung, setiap dia berburu dapat dipastikan dia tidak pulang dengan tangan kosong. Cerita ini di karang oleh mpu tanakung untuk memperingati hari siwaratri atau malam siwa.
Shivaratri
Images by google

Inti dari cerita Lubdaka

Ketika, Pada suatu hari Lubdaka berburu ke hutan,dimana dia berburu seperti biasanya, memasuki hutan dimana dia biasa berburu dan mendapatkan buruan. Namun anehnya, tidak ada satupun buruan yang terlihat, tidak seperti biasanya jangankan buruannya bahkan nyamuk pun tak ada, aneh pikirnya. Dia pun mulai memasuki hutan dengan lebih dalam, tetap sama saja tidak ada buruan yang terlihat.

Dan tanpa Lubdaka sadari, hari pun mulai malam, tidak mungkin bagi lubdaka pulang saat malam hari, sehingga lubdaka memutuskan untuk bermalam di dalam hutan, Sebagai seorang pemburu, Lubdaka tahu pada malam hari banyak binatang buas mencari mangsa, sehingga lubdaka pun mencari tempat untuk bermalam yang aman. Setelah berjalan beberapa saat untuk mencari tempat yang aman,Lubdaka pun memilih pohon besar disamping telaga yang dia yakini sebagai tempat paling aman, Segeralah lubdaka memanjat pohon itu dan memilih ranting yang tepat untuk menyangga tubuhnya. Beberapa saat kemudian, Rasa Lapar dan cemas menghampiri pikiran Lubdaka ,keraguan mulai muncul dalam dirinya.

"Bagaimana bila nanti aku terlelap, aku terjatuh dan dimangsa binatang buas?". Lubdaka berusaha melawan ketakutannya dan mencoba untuk beristirahat, namun perasaan gelisah itu mulai muncul dan muncul dan semakin membuat Lubdaka gelisah. Lubdaka pun mencari cara agar dia tetap terjaga hingga pagi tiba, Dia pun memutuskan untuk memetik satu per satu daun pohon yang cukup lebat tersebut.

Disaat Lubdaka memetik daun2 pohon itu, tak sengaja Lubdaka mengingat keluarganya yang menunggu di rumah. "Mereka pasti cemas" pikirnya, sambil tetap memetik daun daunan, hanya beberapa saat lubdak kembali merenung, namun kini dia merenung mengingat kehidupannya sebagai pemburu, membunuh binatang untuk di jual dan dikonsumsi .

Lubdaka tahu, tahu apa itu moralitas tahu apa itu kebenaran dan tahu juga apa itu agama, tapi karna kesehariannya sebagai pemburu , ajaran ajaran itu hanya sebatas tahu. Lubdaka tidak mempraktekannya dalam kehidupan nyata hingga saat Lubdaka terancam nyawanya, Lubdaka Mengingat akan Sang pengendali kehidupan dan Kematian.
Dalam hati, Lubdaka berjanji jika dia masih bisa hidup sampai esok hari, Dia akan memperbaiki kehidupannya dengan bekerja sebagai petani yang tidak bertentangan dengan dharma.

Esok hari pun tiba, Lubdaka memulai kehidupan barunya sebagai petani, hari hari yang di lalui sebagai kepala keluarga dan petani membuat lubdaka menjadi orang yang lebih baik hingga akhir hayatnya.

Tiba hari kematian Lubdaka, Di alam sunia loka, roh lubdaka di jemput oleh pengawal sang suratma untuk di adili di neraka, namun di kesempatan yang sama pengawal siwa juga datang untuk membawa roh lubdaka ke alam surga, kedua pengawal tidak ada yang mau menyerah dengan alasan masing2 hingga terjadi perang antara pengawal sang suratma dan pengawal siwa.

Saat perang memuncak Datanglah Sang Suratma dan Siva, Keduanya kemudian bertatap muka dan berdiskusi, Sang Suratma menunjukkan catatan hidup dari Lubdaka, Lubdaka telah melakukan banyak sekali pembunuhan, sudah ratusan bahkan mungkin ribuan binatang yang telah dibunuhnya, sehingga sudah sepatutnya kalo dia harus dijebloskan ke negara loka

Siva menjelaskan bahwa Lubdaka memang betul selama hidupnya banyak melakukan kegiatan pembunuhan, tapi semua itu karena didasari oleh keinginan/niat untuk menghidupi keluarganya, Dan dia telah melakukan tapa brata (mona brata, jagra dan upavasa/puasa) dalam Siva Ratri/Malam Siva, sehingga dia dibebaskan dari ikatan karma sebelumnya. Dan sejak malam itu Dia sang Lubdaka menempuh jalan hidup baru sebagai seorang petani. Oleh karena itu Sang Lubdaka sudah sepatutnya menuju Swarga Loka. Akhirnya Sang Suratma melepaskan Atma Lubdaka dan menyerahkannya pada Siva

Makna Cerita Lubdaka

Di malam Siva Ratri ada tiga brata yang harus dilakukan:

1. Monabrata: Tidak Berbicara

2. Jagrabrata: Tidak Tidur

3. Upavasa: Tidak Makan dan Minum

Banyak Kalangan umat hindu memandang Cerita ini sebagai Jalan pintas menuju surga, mereka tidak menerima bagaimana mungkin seseorang yang
dalam hidupnya melakukan himsa karma bisa masuk surga hanya karna ,terjaga pada malam hari? bagaimana dengan karma? bukanya kita sebagai umat hindu tidak  mengenal yang namanya pengampunan dosa , karna itu bertentangan dengan karma?
kira kira seperti itulah pertanyaannya ,
sehingga muncul beberapa jawaban dari berbagai kalangan untuk ,menjawab pertanyaan itu

tapi saya hanya ingin memberi jawaban saya secara pribadi ,
Cerita Lubdaka Sendiri  sudah cukup Jelas dalam penyampaian pesannya, hanya saja, orang orang yang menceritakan kembali Cerita Sang Lubdaka Sendiri lah yang sering mempersingkat cerita yang membuat para pendengar menjadi salah dalam memahami  makna dari cerita ini

makna dalam cerita ini adalah Selain saat Lubdaka  terjaga hingga pagi , Juga setelah Lubdaka melewati malam siwa itu ,
Lubdaka menjalani kehidupan sebagai petani yang tidak bertentangan denngan ajaran dharma itu sendiri , inilah yang sering dipandang sebelah mata oleh sebagian dari kita, seberapa banyak dari kita yang menjalankan konsep tri hita karana dan tri kaya parisudha dalam keseharian kita? bahkan tidak hanya itu , seberapa banyak dari kita yang menjalankan kama marga yoga dalam keseharian kita?


No comments:

Post a Comment