Friday, February 12, 2016

Cerita Layonsari dan Jayaprana

Sebuah kisah nyata di tanah bali

Dua orang suami istri bertempat tinggal di Desa Kalianget mempunyai tiga orang anak, dua orang laki-laki dan seorang perempuan,oleh karena ada wabah yang menimpa masyarakat desa itu, maka empat orang dari keluarga yang miskin ini meninggal dunia bersamaan.

Tinggalah seorang laki-laki yang paling bungsu bernama I Jayaprana, Oleh karena orang yang terakhir ini keadaannya yatim piatu, maka ia puan memberanikan diri mengabdi di istana raja.
 Di istana, laki-laki itu sangat rajin, rajapun amat kasih sayang kepadanya, Kini I Jayaprana baru berusia duabelas tahun. Ia sangat ganteng paras muka tampan dan senyumnya pun sangat manis menarik.
layonsari
Jaya prana dan layon sari
Beberapa tahun kemudian, Pada suatu hari raja memerintahkan I Jayaprana, supaya memilih seorang Pelayan wanita yang ada di dalam istana atau gadis gadis yang ada di luar istana, Mula-mula I Jayaprana menolak titah baginda, dengan alasan bahwa dirinya masih kanak-kanak, Tetapi karena dipaksan oleh raja akhirnya I Jayaprana menuruti perintah raja, ia pun melancong ke pasar yang ada di depan istana hendak melihat-lihat gadis yang lalu lalang pergi ke pasar.

Pertemuan Jayaprana Dan Layonsari

Tiba-tiba ia melihat seorang gadis yang sangat cantik jelita, Gadis itu bernama Ni Layonsari, putra Jero Bendesa, berasal dari Banjar Sekar, melihat gadis yang elok itu, I Jayaprana sangat terpikat hatinya dan pandangan matanya terus membuntuti tingkah laku gadis itu ke pasar, sebaliknya Ni Layonsari pun tertarik hatinya baru memandang pemuda ganteng yang sedang duduk-duduk di depan istana.

Setelah gadis itu menyelinap di balik orang-orang yang ada di dalam pasar, maka I Jayaprana cepat-cepat bergerak mengikuti Ni Layonsari sampai ke rumahnya,I Jayaprana kembali ke istana hendak melapor kehadapan Sri Baginda Raja. Laporan I Jayaprana diterima oleh baginda dan kemudian raja menulis sepucuk surat, I Jayaprana dititahkan membawa sepucuk surat untuk diserahkan kepada orang tua Ni Layonsari, tiada diceritakan di tengah jalan, maka I Jayaprana tiba di rumahnya Jero Bendesa, ia menyerahkan surat yang dibawanya itu kepada Jero Bendesa ayah dari Ni Layonsari dengan hormatnya.

 Jero Bendesa menerima terus langsung dibacanya dalam hati, Jero Bendesa sangat setuju apabila putrinya yaitu Ni Layonsari dinikahkan dengan I Jayaprana, Setelah ia menyampaikan isi hatinya " setuju " kepada I Jayaprana, lalu I Jayaprana memohon diri pulang kembali, Di istana Raja sedang mengadakan sidang di pendopo, Tiba-tiba datanglah I Jayaprana menghadap pesanan Jero Bendesa kehadapan Sri Baginda Raja.

Pernikahan Jayaprana dan Layonsari

Kemudian Raja mengumumkan pada sidang yang isinya antara lain: Bahwa nanti pada hari Selasa Legi wuku Kuningan, raja akan membuat upacara perkimpoiannya I Jayaprana dengan Ni Layonsari, Dari itu raja memerintahkan kepada segenap perbekel supaya mulai mendirikan bangunan-bangunan rumah, balai-balai selengkapnya untuk I Jayaprana, Menjelang hari pernikahannya semua bangunan-bangunan sudah selesai dikerjakan dengan secara gotong royong semuanya serba indah, Kini tiba hari upacara pernikahan I Jayaprana yang diiringi oleh masyarakat desanya pergi ke rumahnya Jero Bendesa, hendak memohon Ni Layonsari dengan alat upacara selengkapnya.

Sementara Sri Baginda Raja sedang duduk di atas singgasana dihadap oleh para pegawai raja dan para perbekel baginda.Beberapa saat Kemudian datanglah rombongan I Jayaprana di depan istana, Kedua mempelai itu harus turun dari atas joli, dan langsung menyembah kehadapan Sri Baginda Raja dengan hormatnya, Melihat wajah Ni Layonsari, raja pun membisu tak dapat bersabda, Raja jatuh Cinta pada kecantikan Ni Layonsari, Jatuh cinta kepada wanita yang akan di nikahkan dengan I Jayaprana Setelah senja kedua mempelai itu lalu memohon diri akan kembali ke rumahnya meninggalkan sidang di paseban.

Sepeninggal mereka itu, Sri Baginda lalu bersabda kepada para perbekel semuanya untuk meminta pertimbangan agar istri I jayaprana yaitu Ni Layonsari supaya masuk ke istana dijadikan permaisuri baginda, Raja berkata " apabila Ni Layonsari tidak dapat diperistri maka Aku akan mangkat karena kesedihan " Mendengar sabda itu salah seorang penasihat lalu tampak ke depan hendak memberi pertimbangan, yang isinya antara lain, agar Sri Paduka Raja memerintahkan I Jayaprana bersama rombongan pergi ke Celuk Terima, untuk menyelidiki perahu yang hancur dan orang-orang Bajo yang menembak binatang yang ada di kawasan pengulan. Demikian isi pertimbangan salah seorang perbekel yang bernama I Saunggaling, yang disepakati oleh Sang Raja.

Sekarang tersebutlah I Jayaprana yang sangat brebahagia hidupnya bersama istrinya, Kehidupan baru I Jayaprana dan Ni layonsari sangat berbahagia, keseharian mereka penuh dengan kasih sayang,kecintaan Ni Layonsari semakin bertambah melihat pribadi I Jayaprana yang sangat baik dan rendah hati juga ramah kepada semua orang, Tujuh hari sudah mereka menjalani kehidupan baru , Lalu datanglah seorang utusan raja ke rumahnya, yang bermaksud untuk memanggil I Jayaprana supaya menghadap ke paseban Jayaprana segera pergi ke paseban menghadap Sri Paduka Raja.

Di paseban mereka dititahkan supaya besok pagi-pagi ke Celuk Terima untuk menyelidiki adanya perahu kandas dan kekacauan-kekacauan lainnya. Setelah senja, sidang pun bubar, I Jayaprana pulang kembali ia disambut oleh istrinya yang sangat dicintainya itu, I Jayaprana menerangkan hasil-hasil rapat di paseban kepada istrinya, Hari sudah malam Ni Layonsari bermimpi, rumahnya dihanyutkan banjir besar, ia pun bangkit dari tempat tidurnya seraya menerangkan isi impiannya yang sangat mengerikan itu kepada I Jayaprana. Ia meminta agar keberangkatannya besok dibatalkan berdasarkan impiannya.

Tetapi I Jayaprana tidak berani menolak perintah raja, Dikatakan bahwa kematian itu terletak di tangan Tuhan Yang Maha Esa, Pagi-pagi I Jayaprana bersama rombongan berangkat ke Celuk Terima, meninggalkan Ni Layonsari di rumahnya dalam kesedihan, Dalam perjalanan rombongan itu, I Jayaprana sering kali mendapat kejadian yang buruk seolah sebagai peringatan akan adanya bahaya.

Akhirnya mereka tiba di hutan Celuk Terima, I Jayaprana sudah merasa dirinya akan dibinasakan kemudian I Saunggaling berkata kepada I Jayaprana sambil menyerahkan sepucuk surat, I Jayaprana menerima surat itu terus langsung dibaca dalam hati isinya "Hai engkau Jayaprana Manusia tiada berguna Berjalan berjalanlah engkau Akulah menyuruh membunuh kau Dosamu sangat besar Kau melampaui tingkah raja Istrimu sungguh milik orang besar Kuambil kujadikan istri raja Serahkanlah jiwamu sekarang Jangan engkau melawan Layonsari jangan kau kenang Kuperistri hingga akhir jaman".

Kematian Jayaprana

 Demikianlah isi surat Sri Baginda Raja kepada I Jayaprana, Setelah I Jayaprana membaca surat itu lalu ia pun mengeluarkan airmata sambil meratap, "Yah, oleh karena sudah dari titah baginda, hamba tiada menolak, Sungguh semula baginda menanam dan memelihara hamba tetapi kini baginda ingin mencabutnya, yah silakan, Hamba rela dibunuh demi kepentingan baginda, meski pun hamba tiada berdosa.

Demikian ratapnya I Jayaprana seraya mencucurkan air mata.

Selanjutnya I Jayaprana meminta kepada I Saunggaling supaya segera bersiap-siap menikamnya, S I Saunggaling Berkata kepada I Jayaprana bahwa ia hanya menuruti apa yang dititahkan oleh raja walaupun dengandengan hati yang berat dan sedih ia menancapkan kerisnya pada lambung kirinya I Jayaprana, Setelah mayat I Jayaprana itu dikubur, maka seluruh perbekel kembali pulang dengan perasaan sangat sedih, Di tengah jalan mereka sering mendapat bahaya maut, Diantara perbekel itu banyak yang mati, Ada yang mati karena diterkam harimau, ada juga dipagut ular, Pada akhirnya para Perbekel yang selamat menghadap ke Raja untuk menyampaikan bahwa misi yang diberikan untuk membunuh I Jayaprana telah selesai , Mendengar hal itu Raja sangat senang , dan memberi penghargaan kepada para perbekel.

Sang Raja kemudian secara langsung menyampaikan berita " duka " ini kepada Ni Layonsari Sementara Ni Layonsari menunggu suaminya dengan hati yang gelisah, Terdengar suara prajurit yang mengatakan , bahwa raja telah tiba , Kemudian rajapun masuk ke dalam ruangan dimana Ni Layonsari menunggu Raja dengan raut wajah sedih mengatakan, " Layon sari , maafkan Raja mu ini yang telah membuat suamimu meninggal ' " Sungguh ini adalah duka besar bagi Ku , Kerajaan ini , dan kamu " "I Jayaprana meninggal dalam tugasnya di celuk terime " Tanpa sempat menyelesaikan semua yang ingin dikatakan sang raja , tiba-tiba Ni Layonsari menghampiri sang Raja dengan berlinang air mata dan mengambil keris yang berada di pinggang sang raja kemudian menikam dadanya sendiri , darah Layonsari menyembur wajah dan tubuh raja, layonsari seketika meninggal, Raja pun tertegun , tak bisa berkata apapun raja tenggelam dalam kesedihan yang sesungguhnya , kematian layonsari membuat raja terlarut dalam kehampaan selama hidupnya.

No comments:

Post a Comment